Faktor terbesar yang mempengaruhi kepribadian anak adalah lingkungan keluarga khususnya orang tua Saat anak mulai beranjak remaja pada fase inilah remaja mulai membangun pertahanan diri, mencoba hal-hal baru yang belum pernah mereka imajinasikan sebelumnya. Dimasa ini remaja biasanya suka meniru gaya orang lain yang menurut mereka pantas untuk dicoba. Dalam hal inilah orang tua memegang peran mengarahkan remaja agar tidak terjerumus dalam arus negatif.
Sehendaknya orang tua mengkondisikan lingkungan keluarga dengan iklim kehidupan yang kondusif dalam pembentukan karakter remaja. Dalam lingkungan tersebut ada sebuah hubungan komunikasi yang harmonis antara orang tua dan remaja. Namun, banyak orang tua menerapkan pola pendidikan yang salah. Berikut ini 5 Kesalahan Mendidik Anak menurut beberapa pakar pendidikan versi Top5.
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Tasya pulang dengan kepala cedera, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Bantu Anak untuk menyadari bahwa mereka melakukan kesalahan dan tidak akan mengulanginya lagi. Orang tua tidak seharusnya memarahi anak berlebihan karena suatu kesalahan
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh. Orang tua jangan terlalu memaksakan jadwal-jadwal kursus yang sebenarnya tidak diminati Anak. Anak perlu untuk menggali bakatnya sendiri dan menentukan minat dengam bimbingan orang tua.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
Sehendaknya orang tua mengkondisikan lingkungan keluarga dengan iklim kehidupan yang kondusif dalam pembentukan karakter remaja. Dalam lingkungan tersebut ada sebuah hubungan komunikasi yang harmonis antara orang tua dan remaja. Namun, banyak orang tua menerapkan pola pendidikan yang salah. Berikut ini 5 Kesalahan Mendidik Anak menurut beberapa pakar pendidikan versi Top5.
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Tasya pulang dengan kepala cedera, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Bantu Anak untuk menyadari bahwa mereka melakukan kesalahan dan tidak akan mengulanginya lagi. Orang tua tidak seharusnya memarahi anak berlebihan karena suatu kesalahan
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh. Orang tua jangan terlalu memaksakan jadwal-jadwal kursus yang sebenarnya tidak diminati Anak. Anak perlu untuk menggali bakatnya sendiri dan menentukan minat dengam bimbingan orang tua.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.